Page1: Percakapan Di Ujung Malam

Ga ngerti kepikiran darimana ngebikin cerita kayak gini. Ngalir gitu aja. tapi di sini karakter tokoh utama sama dengan penulisnya *ehem* di buat sama-sama fleksibel, tapi cuma kuambil sekitar beberapa persen aja. Rencana nya dibikin beberapa page aja lah ya biar ga panjang. Dan ini di buat saat insomnia dengan iringan lagu Leaving On The Jet Plane. Yah, you know, ternyata ketenangan di dini hari selain enak untuk di pake ibadah lebih dekat dengan Yang Maha Kuasa, juga enak di pake berfantasi dan menuangkan dalam sebuah tulisan. Okay, mungkin kalian sudah lebih dulu melakukan ketimbang aku. Sudah lama sekali aku ga begadang sambil mengerjakan sesuatu. Terakhir TA di masa sekolah.

Well, the story begins aja deh yaaaa.

"Jadi gimana.." sembari menarik badan menghadap tepat ke arah ku. Setelah berkutat dengan tali sepatu yang akhirnya kau tuntaskan. Dan aku menyambutmu dengan senyum manis yang sudah aku persiapkan. Kau, senyum. Manis. Tetap cuek dan tak peduli setelahnya.

"Sudah berapa lama kita ga ketemu?" Tanyaku dengan nada sedikit manja namun terlihat dewasa

"Ini yang paling lama kayaknya. Seminggu"

"Seminggu ya"
Aku tersenyum puas. Dan tak mendengar jawaban lanjutan nya. Batin ku tertawa dan berpikir, bukan nya dua minggu? Ku urungkan niat untuk menyanggah, biarlah, mungkin dia lelah. Dan kau bilang ini yang paling lama. Tak bisa menahan segala rasa yang ingin keluar dari sangkarnya. Malam ini adalah malam yang lagi-lagi penuh kejutan untuk ku sendiri. Kau datang dengan seulas senyuman.

Kita. Melepas rindu. Mendengarkan segala cerita baru mu. Dan ini bagian terseru, sepanjang aku berada di tempat ini. Terlebih lagi aku bisa memandang mu.

Ya, harus nya aku membayar tawa atas jerih payah mereka mempresentasikan materi canda nya.
Tidak dengan malam itu. Selera humor ku hilang seketika. Dan aku hanya tertawa saat giliran mu tiba. Tidak mengeluarkan tawa yang lantang. Aku tertawa, perlahan meneteskan butiran air suci dari mata yang tak di ketahui teman-teman di sekelilingku.

Aku kangen kamu...

Hanya itu gumamku dalam hati.

Aku sangat menikmati beberapa jam bersama mu. Tentu ini adalah moment yang sudah lama ku tunggu. Tawa canda menghiasi kita. Begitu indah.

Dan ketika tersadar, aku membuka mata. Waktu sudah berlalu. Sekarang bukan lah tiga jam yang lalu. Aku sudah tidak berada di kafe dengan pencahayaan syahdu itu. Pakaian tidur sudah ku kenakan, dan selimut kesayanganku sudah menutupi tubuh mungil ini. Sudah hampir tengah malam, atau mungkin sudah lewat. Bahkan aku enggan menengok angka jam pada hp ini.

Aku masih terdiam membisu. Mematung.
Melihat apa yang sedang aku baca. Percakapan yang entah-aku rasa hilang arah.

"You don't have to" pesannya

"You don't know why. Never know" balas ku

"You know, you have options"

"I've tried. But he already knows that I still have the same feeling with you, before he left. Some of them tried so hard to act nice, being the lucky one to be with me, but I ignored...... I don't know why you"

"If you've been with someone else and everything's alright. Then, suddenly I like you (again) yeah it's my consequences"

"Forget it. Lemme enjoy it."

"Okay."

"Don't ever change"

Tiga jam lalu kita bercerita dengan selingan tawa tapi setelahnya kita malah menjadi seorang yang entah menyebalkan ataupun tak saling memahami. Entah aku atau kamu. Seketika pesan kita jadi beku.

"Mas, ibarat tarik tambang, dibutuhkan dua pihak untuk narik tambang itu supaya keliat lurus dan menegang. Kalo cuma salah satu yang narik, talinya ga akan lurus sempurna.
Aku sudah capek mas. Aku pikir aku udah cukup sabar tapi rasanya dia ga kunjung sadar. Entahlah mas.
Gaperlu ada balesan atau solusi. Aku cuma pengin ngeluapin aja. Makasih mas."

Pesan yang ku kirim pada seorang yang mengerti betul tentang cerita ku dengannya. Aku pun tak paham filosofi tarik tambang kudapat darimana. Jemari ini menari dengan sendirinya dan menghasilkan untaian kata berfilosofi ala Anna. Yaa, cukup unik untuk pujian terhadap jemari ku yang telah menghasilkan kalimat tak bermakna. Kadang aku ga perlu di beri solusi, aku hanya ingin meluapkan apa yang terpendam di hati pada orang yang tepat. Dia adalah seorang yang 'kita' anggap seperti kakak. Hanya dia pengengah diantara kita.

Ah sudah lah..

Aku meletakkan segala percakapan itu dalam rak di otak ku yang memiliki banyak koleksi tentang potret dirimu, tentang kita dan hanya tentang kita. Dan di dalam situ bergelantungan ratusan percakapan yang pernah kita bincangkan. Mereka tersimpan rapih di sana. Sesekali aku ingin mengubur satu-persatu kenangan semu yang mengambang tentang kita, namun kedewasaan menguasai diri. Aku sadar kau begitu berarti. Aku berusaha menata perasaan yang seolah bercecer dimana-mana malam ini, mencoba pejamkan mata, dan berharap esok kan baik-baik saja.

Yah, esok kan baik-baik saja...

Comments

  1. Wehew, kalimatnya sendu mendayu, percaya aku kalau ini ditulisnya pas malam hari, hehe...

    Temanya tetep gak jauh-jauh dari stand up comedy ya Gis, haha :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. harus percaya. sudah ada keterangan nya jam setengah dua pagi nulisnya ituuuu'-'

      Delete
  2. Emang benar, terkadang kita hanya cuma butuh meluapkan perasaan kita tanpa harus di beri solusi. Dan itu gue banget princess :)

    ReplyDelete
  3. yah, emang saat saat galau tuh saat saat yang pas buat bikin cerpen atau tulisan apapun karena nanti diksinya akan yahud dan mengalir begitu saja.semakin galau maka semakin bagus pula untaian kata yang dihasilkan...hehehe...sabar ya, well yeah good moments will last forever, no matter what happens...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe iya mbak meey, tapi masih banyak belajar juga supaya bisa setara mbak meey hohooo:3

      Delete
  4. Ini dia, galalu versi sendu komedi renyah. Hehehe, perlu banyak hal yang harus kita lakukan untuk tetap membuat kita nyaman dan tenang.

    Nice post.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aduduuuuh pangeraaaan. wkwk. iya pangeran masih banyak yang harus dilakuin. kamsyaaah pangeraan

      Delete
  5. aku suka sama quote ini "Mas, ibarat tarik tambang, dibutuhkan dua pihak untuk narik tambang itu supaya keliat lurus dan menegang. Kalo cuma salah satu yang narik, talinya ga akan lurus sempurna."

    Kalo kata Mas, "Bukan cinta namanya kalo kita hanya memikirkan diri kita sendiri. Karena cinta itu antara "kita" bukan hanya "aku" atau "kamu"

    ReplyDelete
    Replies
    1. tbh, aku gangerti dapet quotes itu darimana. lagilagi asal mikir dan langsung nulis gitu ajaaa'-' well, thankyouu:3

      iya cinta adalah 'kita' bukan 'aku' atau 'kamu' setujuu

      Delete
  6. Aku kadang juga gitu, pas ga bisa tidur sering kepikiran buat cerita ini dan itu. Tapi udah lama nggak insomnia, jadi postingan blog isinya cuma cerita menye-menye, hehehe.

    Setuju sama Yulita di atas, gue juga suka quote yang tarik tambang. Untuk mewujudkan harapan sebuah pasangan emang harus saling support. Biar bisa lurus dan menegang lah ibarat tali tambang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe bersyukur lah gapernah lagi insomnia, sehat mah itu namanyaa.
      iya iyaa, makasiihhh kang renggooo^^

      Delete
  7. Wessss... galau ceritanya Gis... tapi aku suka banget quotesnya. Baru pertama kali tau. Bisa nambah koleksi kata2 berfilosofi kayak gitu nih jadinya...hehehhe

    ReplyDelete
  8. hihi... kok bisa mengibaratkan tarik tambang lho... keren itu pengibaratannya... cerita kyk gini sering banget nih dialamin sama yg pernah ngerasa jatuh cinta. kalo deket aja ga berani ngomong, beraninya pas lewat pesan aja. udah gitu, kalo lewat pesan biasanya malah banyak cuek2annya

    ReplyDelete
  9. Gue kalo ngebaca cerpen di blog yang empunya blog bilang hanya cerpen dan bukan curhat, kenapa gue gak percaya ya?

    Pendeskripsian tokoh utama yang mungil itu tentang fisik lo kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. sometimes emang susah ngebedain,tapi emang dari bocah udah suka bikin cerpen sih.

      noo, gw ga mungil. normal kek cewe semesti nya kok. standard nya cewe.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts